Hemofilia |
PENDERITA Hemofilia membutuhkan ruangan khusus di setiap rumah sakit, karena
penderita Hemofilia yang merupakan penyakit kelainan genetik pada darah yang
disebabkan adanya kekurangan faktor pembekuan darah, sangat rentan terkena
virus-virus
“Kita siap
membantu memperjuangkan hak-hak penderita Hemophilia untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang maksimal,” sebut Anggota DPRD Sumut, Brilian Moktar SE
ME, saat menemui para orangtua dan anak penderita Hemofilia yang tergabung
dalam Ikatan Keluarga Hemofilia Medan (IKHLIM), kemarin.
Pihaknya dalam
hal tersebut telah menyampaikannya kepada Kadis Kesehatan Sumut dan akan
membuat surat tembusan ke seluruh Kadis Kesehatan Se Kabupaten/Kota di Sumut.
Dan dalam dua bulan ke depan Brilian Moktar berjanji akan menyampaikan hal
tersebut langsung ke Kementerian Kesehatan RI.
Brilian
berharap para penderita Hemofilia dapat membentuk ikatan yang sama di setiap
Kabupaten/Kota, sehingga perjuangannya lebih mudah apabila sudah terorganisir
dengan baik.
Menurutnya,
upaya terdekat yang akan dilakukannya adalah meminta pemerintah, khususnya
Dinas Kesehatan Sumut untuk menerbitkan Kartu Kesehatan Se Umur Hidup bagi
penderita Hemophilia, agar lebih mudah mengakses layanan kesehatan yang
tersedia.
“Yang kedua, kita akan mendorong agar
pelayanan kesehatan bagi penderita hemophilia ada di seluruh rumah sakit
daerah, kerena selama ini pelayanan Hemofilia hanya berada di rumah sakit tipe
A dan tipe B. Jadi nantinya, saudara-saudara yang ada di daerah tidak lagi
harus ke Medan untuk berobat,” ungkapnya.
Sementara Ketua
IKHLMI, Siti Rahmah Simanjuntak mengatakan, saat ini penderita hemofilia yang
telah bergabung di IKHLMI berjumlah 72 orang dan beberapa dari mereka adalah
masyarakat luar Kota Medan.
“Satu di antaranya adalah Ucok Saragih. Dia
adalah penderita hemofilia yang tertua berusia 38 tahun dan berasal dari
Simalungun,” ucapnya. Siti Rahmah mengucapkan terima kasih kepada Brilian
Moktar yang telah memberikan banyak bantuan dan masukkan. Dia berharap apa yang
disampaikan pihaknya dapat dibawa bapak ke DPRD Sumut.
Menurutnya,
pengadaan Kartu Kesehatan Se Umur Hidup bagi penderita Hemofilia, dapat
membantu si penderita itu sendiri apabila mengalami kecelakaan dan mendapatkan
pelayanan yang lebih baik.
Sedangkan dr
Suhartono, memaparkan, hemophilia merupakan penyakit genetik yang diturunkan
melalui orangtua. "Kebanyakan yang terkena hemofilia adalah anak
laki-laki," ungkapnya.
Ia menjelaskan,
anak hemophilia sangat rentan pendarahan, karena tidak mempunyai 8 dan 9 faktor
dalam pembekuan darahnya. Sehingga setiap terjadi luka dan lainnya, lukanya
akan susah mengering karena darah akan keluar terus.
"Untuk
itu, kita berharap kepada para penderita hemofilia dapat mengaku dan mengatakan
kalau mereka mengalami hemophilia. Sehingga dokter dan para tenaga mendis lebih
mudah melakukan tindakan jika terjadi pendarahan terhadap diri mereka.
Dr Suhartono
menambahkan, biasanya, setiap dokter yang menghadapi pasien Hemofilia akan
memberikan suntikan bantuan untuk pembekuan darah, agar selama masa penangganan
luka atau operasi, darah mereka bisa lebih cepat kering.
Diduga Kena Santet
Sedangkan
beberapa orangtua yang hadir mengatakan, tanda-tanda anak penderita hemophilia,
ketika lahir badannya dan tangannya berwarna biru.
“Kata orang,
itu kena santet, kami bawa ke orang pintar untuk dikusuk. Eh, ternyata
makin biru dan lembam seluruh badannya. Akhirnya kami bawa ke dokter dan
dilakukan tes darah, baru kami tau kalau anak kami menderita hemofilia,” tutur
mereka.
Sementara dr
Sugiani SpA menambahkan, hemofilia merupakan penyakit kelainan pada darah yang
diturunkan orangtua kepada anaknya (khusus laki-laki).
“Jadi bagi mereka yang terkena hemofilia, diharapkan menghindari insiden yang dapat mengembuat luka,” ucapnya. Bila terjadi perdarahan, di bagian otak bisa terjadi cacat atau kakinya bengkok, namun tidak mempengaruhi intelijensia mereka. (don)
“Jadi bagi mereka yang terkena hemofilia, diharapkan menghindari insiden yang dapat mengembuat luka,” ucapnya. Bila terjadi perdarahan, di bagian otak bisa terjadi cacat atau kakinya bengkok, namun tidak mempengaruhi intelijensia mereka. (don)