Thursday, March 28, 2013

Orangtua Anggap Penderita Hemofilia, Kena Santet

Penderita Butuh Ruangan Khusus

PENDERITA Hemophilia membutuhkan ruangan khusus di setiap rumah sakit, karena penderita Hemofilia yang merupakan penyakit kelainan genetik pada darah yang disebabkan adanya kekurangan faktor pembekuan darah, sangat rentan terkena virus-virus
Hemofilia
PENDERITA Hemofilia membutuhkan ruangan khusus di setiap rumah sakit, karena penderita Hemofilia yang merupakan penyakit kelainan genetik pada darah yang disebabkan adanya kekurangan faktor pembekuan darah, sangat rentan terkena virus-virus 
“Kita siap membantu memperjuangkan hak-hak penderita Hemophilia untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal,” sebut Anggota DPRD Sumut, Brilian Moktar SE ME, saat menemui para orangtua dan anak penderita Hemofilia yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Hemofilia Medan (IKHLIM), kemarin.
Pihaknya dalam hal tersebut telah menyampaikannya kepada Kadis Kesehatan Sumut dan akan membuat surat tembusan ke seluruh Kadis Kesehatan Se Kabupaten/Kota di Sumut. Dan dalam dua bulan ke depan Brilian Moktar berjanji akan menyampaikan hal tersebut langsung ke Kementerian Kesehatan RI.
Brilian berharap para penderita Hemofilia dapat membentuk ikatan yang sama di setiap Kabupaten/Kota, sehingga perjuangannya lebih mudah apabila sudah terorganisir dengan baik.


Menurutnya, upaya terdekat yang akan dilakukannya adalah meminta pemerintah, khususnya Dinas Kesehatan Sumut untuk menerbitkan Kartu Kesehatan Se Umur Hidup bagi penderita Hemophilia, agar lebih mudah mengakses layanan kesehatan yang tersedia.
 “Yang kedua, kita akan mendorong agar pelayanan kesehatan bagi penderita hemophilia ada di seluruh rumah sakit daerah, kerena selama ini pelayanan Hemofilia hanya berada di rumah sakit tipe A dan tipe B. Jadi nantinya, saudara-saudara yang ada di daerah tidak lagi harus ke Medan untuk berobat,” ungkapnya.
Sementara Ketua IKHLMI, Siti Rahmah Simanjuntak mengatakan, saat ini penderita hemofilia yang telah bergabung di IKHLMI berjumlah 72 orang dan beberapa dari mereka adalah masyarakat luar Kota Medan. 
“Satu di antaranya adalah Ucok Saragih. Dia adalah penderita hemofilia yang tertua berusia 38 tahun dan berasal dari Simalungun,” ucapnya. Siti Rahmah mengucapkan terima kasih kepada Brilian Moktar yang telah memberikan banyak bantuan dan masukkan. Dia berharap apa yang disampaikan pihaknya dapat dibawa bapak ke DPRD Sumut.
Menurutnya, pengadaan Kartu Kesehatan Se Umur Hidup bagi penderita Hemofilia, dapat membantu si penderita itu sendiri apabila mengalami kecelakaan dan mendapatkan pelayanan yang lebih baik.
Sedangkan dr Suhartono, memaparkan, hemophilia merupakan penyakit genetik yang diturunkan melalui orangtua. "Kebanyakan yang terkena hemofilia adalah anak laki-laki," ungkapnya.
Ia menjelaskan, anak hemophilia sangat rentan pendarahan, karena tidak mempunyai 8 dan 9 faktor dalam pembekuan darahnya. Sehingga setiap terjadi luka dan lainnya, lukanya akan susah mengering karena darah akan keluar terus.
"Untuk itu, kita berharap kepada para penderita hemofilia dapat mengaku dan mengatakan kalau mereka mengalami hemophilia. Sehingga dokter dan para tenaga mendis lebih mudah melakukan tindakan jika terjadi pendarahan terhadap diri mereka.
Dr Suhartono menambahkan, biasanya, setiap dokter yang menghadapi pasien Hemofilia akan memberikan suntikan bantuan untuk pembekuan darah, agar selama masa penangganan luka atau operasi, darah mereka bisa lebih cepat kering.
Diduga Kena Santet
Sedangkan beberapa orangtua yang hadir mengatakan, tanda-tanda anak penderita hemophilia, ketika lahir badannya dan tangannya berwarna biru.
“Kata orang, itu kena santet, kami bawa ke orang pintar untuk dikusuk. Eh, ternyata makin biru dan lembam seluruh badannya. Akhirnya kami bawa ke dokter dan dilakukan tes darah, baru kami tau kalau anak kami menderita hemofilia,” tutur mereka.
Sementara dr Sugiani SpA menambahkan, hemofilia merupakan penyakit kelainan pada darah yang diturunkan orangtua kepada anaknya (khusus laki-laki). 

“Jadi bagi mereka yang terkena hemofilia, diharapkan menghindari insiden yang dapat mengembuat luka,” ucapnya. Bila terjadi perdarahan, di bagian otak bisa terjadi cacat atau kakinya bengkok, namun tidak mempengaruhi intelijensia mereka. (don)

Bidvertiser