Thursday, March 28, 2013

Di Medan, Diare Nomor Satu

KOTA Medan ‘terpilih' menjadi kota nomor satu tertinggi kasus diare. Bahkan, tahun 2011-2012, angka kesakitan diare di kota yang mendapatkan Piala Adipura ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Diare No 1 Di Medan
KOTA Medan ‘terpilih' menjadi kota nomor satu tertinggi kasus diare. Bahkan, tahun 2011-2012, angka kesakitan diare di kota yang mendapatkan Piala Adipura ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Berdasarkan data yang diperoleh di Dinas Kesehatan Sumut, kasus kejadian diare di Kota Medan sepanjang tahun 2011 sebanyak 29.375 kasus. Sedangkan di tahun 2012, angka kesakitan diare sebanyak 29.769 kasus.


Secara global, kasus diare yang terjadi di Sumut cenderung mengalami peningkatan. Sepanjang tahun 2011, kasus diare di provinsi ini sebanyak 215.651 kasus dengan rincian 212.729 kasus mendapat pelayanan di sarana kesehatan dan 2.922 kasus ditemukan oleh kader.


Sedangkan tahun 2012, kata Kabid PMK Dinkes Sumut melalui Pemegang Program Diare Dinkes Sumut, Rosintan Sianturi, kasus diare sebanyak 222.682 kasus. 


“Rinciannya, 220.460 kasus di sarana kesehatan dan 2.222 kasus ditemukan oleh kader,” ungkap Rosintan, Rabu (27/3/13) di ruang kerjanya.

Jumlah kematian akibat diare di tahun 2011, sambungnya, terjadi  sebanyak 26 kasus kematian, sedangkan di tahun 2012 sebanyak 35 kasus.


Selain Medan, diare tahun 2011 terbanyak terjadi di Deli Serdang sebanyak 17.529 kasus, Langkat sebanyak 14.175 kasus, Serdang Bedagai sebanyak 11.962 (3 kasus kematian) dan Simalungun terjadi 32.428 kasus.

Sedangkan tahun 2012, Kota Medan masih menjadi peringkat pertama kasus diare sebanyak 29.769 kasus, diikuti Deli Serdang sebanyak 20.535 kasus, Langkat sebanyak 15.477 kasus, Simalungun sebanyak 27.943 kasus (1 korban meninggal) dan Labuhan Batu Utara sebanyak 12.253 kasus.


Diare
Menyikapi hal ini, praktisi kesehatan Sumut, Destanul Aulia menegaskan, Piala Adipura yang diperoleh Kota Medan tidak berkorelasi dengan kesehatan. “Artinya Adipura yang didapat itu ecek-ecek,” tegasnya.

Menurut Destanul, seharusnya dengan adanya piala Adipura itu bisa menjadi indikator penting dalam kesehatan. 


“Diare itu kan terjadi karena lingkungan kotor. Dapat adipura, kok setiap tahunnya Medan menjadi kota tertinggi diare,” katanya penuh tanya.

Dirinya menilai, adanya Piala Adipura yang diperoleh Kota Medan tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Seharusnya, dengan adanya Piala Adipura ini, kondisi masyarakat harus bisa menjadi lebih sehat. 

“Sebab, diare terjadi karena lingkungan yang kotor,” ujarnya.


Selain itu, usaha promosi dan preventif dari Dinkes Kota Medan dinilai masih lemah. Sebab, katanya, peran Puskemas tidak diberdayakan secara maksimal. 


“Kita berharap, dengan adanya Piala Adipura itu, dapat memberikan dampak yang baik bagi masyarakat,” pungkasnya. (sbr)


Bidvertiser