Monday, March 25, 2013

Kelompok Pemulung & ODHA Rentan Tuberculosis

Diagnosa TB Di Sumut Sudah Lebih Baik
Tuberculosis
MENYAMBUT hari Tuberkulosis (TB) sedunia yang jatuh setiap tanggal 24 Maret, dr Delyuzar Sp PA (K) melaksanakan program penanggulangan TB yang disebut dengan istilah CEPAT (Community Empowerment People Against Tuberculosis).

“Program ini adalah upaya penguatan masyarakat dalam menghadapi TB itu sendiri, dimana masyarakat nanti akan dimobilisasi dan dididik untuk terlibat dalam program penanggulangan TB dan pada akhirnya mereka bekerja melakukan advokasi bersama para pengambil kebijakan,” tutur kepada wartawan, di Medan, Minggu (24/3).

Delyuzar menyebut, mereka saat ini sedang melakukan pelatihan terhadap 25 orang yang nantinya akan menjadi pelatih untuk setiap tokoh masyarakat dan tokoh agama. “Sehingga setiap tokoh nantinya mempunyai peran masing-masing di tengah masyarakat. Misalnya, tokoh agama diharapkan mampu melakukan penyuluhan tentang TB dan cara pencegahan TB melalui bahasa-bahasa agama. Sedangkan tokoh masyarakat diharapkan mampu menjadi pendamping atau malakukan advokasi sosial bagi masyarakat,” kata dokter kelahiran Sumatera Barat ini.

Tidak cukup sampai di situ, Delyuzar juga nantinya akan menyiapkan orang-orang yang akan membuat model-model sosialisasi dalam bentuk pertunjukan seni tradisional, dan itu tidak hanya dilakukan di Sumatera Utara tetapi juga dilaksanakan di Sumatera Barat dan Jakarta.


“Orang-orang tersebut adalah kader-kader yang merupakan tokoh-tokoh kelompok di tengah masyarakat yang rentan terhadap TB seperti kelompok pemulung, pedagang kecil, dan orang dengan HIV/AIDs yang telah positif terhadap TB serta kelompok yang sudah serta untuk orang-orang yang putus berobat dan cenderung akan menjadi MDAR-TB. Orang-orang ini nantinya akan bekerja selama lima tahun,” imbuhnya.

Di tempat terpisah, Kepala Instalasi Mikrobiologi Klinik RSUP Adam Malik dr R Lia K Iswara MS Sp Mk (K), saat dikonfirmasi melalui handphone, Minggu (24/3) mengatakan, dalam hal diagnosa TB di Sumut, sudah lebih baik kerena tersedianya sarana dan prasarana, ditambah lagi sumber daya manusia yang sudah melakukan pelatihan-pelatihan sampai ke luar negeri.

"Di Indonesia sendiri, sudah ada 5 lab untuk mendiagnosa TB dan saat ini ada sebanyak empat lab lagi yang ditambah, di Papua, Semarang, UGM dan di RSUP Adam Malik,” katanya.

Dijelaskan, data untuk pasien yang didiagnosa TB tahun 2011 mencapai 2400 dan pada tahun 2012 mencapai 1700 pasien dan yang positif ada sebanyak 13,81 persen.

“Jumlah ini semakin berkurang seiring dengan tingkat pemahaman masyarakat tentang TB. Untuk itu, kita juga terus menghimbau masyarakat untuk dapat memahami gejala awal TB,” katanya.

Ciri utama pasien TB, tambahnya, batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, dan demam meriang lebih dari satu bulan.

“Pengobatan TB ini lama, mencapai enam sampai sembilan bulan dan obat itu tidak boleh putus, karena itu dapat menyebabkan Multiple Drug Resistance (MDR TB) dan ini akan lebih cepat menular,” katanya.

Sementara Plt Kabid Penanggulangan Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan Sumut, Sukarni menyebutkan, tahun 2012 diestimasikan kasus TB di Sumut sebanyak 27.820 kasus dan yang sudah ditemukan 22.661 kasus.

“Dari estimasi semua kasus tersebut di antaranya ada TB paru BTA (+) diperkirakan sebesar 21.648 dan sudah ditemukan sebesar 18.416 kasus,” ujarnya. (sbr)

Bidvertiser