Saturday, April 13, 2013

Ternyata Di Medan Masih Ada Gizi Buruk

KASUS gizi buruk di kawasan Medan Utara terkesan dibiarkan. Seperti yang dialami abang beradik di Kelurahan Belawan II, Kecamatan Medan Belawan, yang sudah setahun menderita penderita gizi buruk.
Gizi Buruk
KASUS gizi buruk di kawasan Medan Utara terkesan dibiarkan. Seperti yang dialami abang beradik di Kelurahan Belawan II, Kecamatan Medan Belawan, yang sudah setahun menderita gizi buruk.

Berat badan Zuliaman yang berusia 3 tahun dan Nanda Saefanur, 2 tahun, tidak seperti berat anak-anak seusia mereka, hanya dibawah 10 kilogram saja.

Menurut Tomong Hasibuan, kedua anaknya ini sudah ditangani oleh Puskesmas, tetapi sepertinya pihak Puskesmas tidak mengerti tentang penyakit yang diderita anaknya ini.

"Anak saya hanya dipegang sekedarnya saja, macam tak mengerti mereka apalagi kondisi puskesmasnya tidak memadai. Kalau ke rumah sakit, saya tidak ada biaya," ungkap Tomong didampingi istrinya Saliyem, kepada wartawan, Sabtu (13/4/13) Siang di kediamannya.


Tomong yang bekerja sebagai nelayan ini mengaku dia hanya memberikan makanan sekedarnya saja, sebagai pengganjal perut jika kedua anaknya itu kelaparan. Namun untuk memberikan asupan gizi lebih, Tomong mengaku tak sanggup membelinya.

Meskipun sudah setahun menderita gizi buruk, namun kedua abang beradik ini baru diketahui seminggu lalu. Itu pun setelah Sekretaris Komisi B Bahrumsyah melakukan kunjungan ke kediaman Tomong.

Bahrumsyah menyesalkan belum adanya penanganan serius yang dilakukan pihak Dinas Kesehatan Medan, Kecamatan maupun pihak Puskesmas sendiri.

“Yang lebih saya sesalkan lagi kenapa setelah mengalami gizi buruk baru ditangani. Inipun seharusnya sudah ditangani rumah sakit. Bukan, lagi tingkat Puskesmas,” tegas Bahrum kepada wartawan.

Dia mengungkapkan, hal ini menujukkan program mengatasi penderita gizi buruk tidak berjalan. Mulai dari pemberian bubur, jimpitan beras dan sebagainya. Hasilnya, penderita gizi buruk di Kota Medan masih ada. “Ini membuktikan program penanganan gizi buruk tidak berjalan. Kalau berjalan, ini tidak akan muncul,” jelasnya.

Menurutnya, saat ini Puskesmas juga dinilai tidak mampu mengatasi penderita gizi buruk. Sebab, kondisinya sangat memprihatinkan. Penambahan anggaran untuk revitalisasi Puskesmas tidak terlihat.

“Bagaimana mau maksimal, dokter umumnya hanya satu dan rangkap jabatan sebagai kepala puskesmas. Itupun sering dipanggil rapat dengan Kadis. Alat kesehatan minim, alat-alat kantor untuk dokter spesialis tidak ada. Dapur umum untuk masak makanan untuk gizi buruk tidak memadai. Bagaimana ini mau berjalan,” ungkapnya.

Seharusnya, kepala dinas melakukan pemerataan tenaga medis. Sehingga penderita gizi buruk bisa ditangani dengan cepat. Dokter umum di Puskesmas di inti kota bisa mencapai empat orang.

“Inikan tidak benar, terkesan adanya diskriminasi. Kalau hanya satu mana bisa maksimal, apalagi Puskemas 24 Jam. Segera dilakukan pemerataan,” tambahnya.

Pemerataan dokter umum seharusnya dilakukan sejak lama. Tapi, hal ini tidak dilakukan Kadis Kesehatan Kota Medan Usma Polita. Sebab, bukan tidak mungkin banyak penderita gizi buruk lainnya. 
“Jangan hanya sibuk buat program, tapi SDMnya tidak disiapkan. Kalau begini terus program Medan Sehat tidak akan berjalan. Tidak ada alasan kadisnya masih baru. Sebab, program kesehatan ini sudah terinci secara detail. Tinggal menjalankan saja,” pungkasnya.(sbr)

Bidvertiser